Sunday, June 23, 2019

Bab IV Pai Kelas 7 "Perilaku Terpuji"

PERILAKU TERPUJI (TAWADU',SABAR,DAN QANA'AH
Abu Hurairah r.a. memberitakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw.
pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk surga. Nabi Muhammad saw. menjawab, “Takwa kepada Allah dan Akhlak yang baik.”
(H.R. Ahmad dan At-Turmuzi)
Berkaitan dengan hal tersebut, pada bab ini, kamu akan belajar tentang perilaku terpuji (tawadu, taat, qana’ah, dan sabar). Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan dapat menjelaskan pengertian tawadu, taat, qana’ah, dan sabar. Selain itu, kamu pun diharapkan dapat menampilkan dan membiasakan perilaku tawa«u, taat, qana’ah, dan sabar dalam kehidupan sehari-hari

A. PERILAKU TAWADU
Pernahkah kamu melihat orang yang memilikisifatsombong dan angkuh? Orang yang angkuh biasanya tidak mau menerima kebenaran walaupun kebenaran itu datangnya dari anak kecil atau orang yang dimusuhinya. Secara tidak langsung,
keangkuhan orang tersebut hanyalah kesombongan kepada Allah. Sebenarnya, Allah sangat tidak menyukai sifat sombong dan angkuh karena Allah adalah Al-Haq (Mahabenar), firman-Nya Haq, agama-
Nya Haq.
1. Pengertian Tawadu dan Dalil Naqli-nya (Al-Qur’an)
Tawadu artinya rendah hati atau tidak sombong. Jadi, tawadu adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapa pun datangnya, baik dalam keadaan suka maupun tidak suka.
Lawan dari sifat tawadu adalah takabur (sombong). Sifat takabur adalah sifat yang dibenci Allah dan rasul-Nya. Sebagaimana hadis Nabi dari Abdullah bin Mas’ud; bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (H.R. Muslim). Firman Allah swt.:

Artinya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang
mengikutimu.” (Surah Asy-Syμra [26]:215).
2. Contoh Perilaku Tawadu Nabi Muhammad saw.
Sifat rendah hati membawa orang ke tingkat yang terhormat dan dihargai dalammasyarakat. Orang akan terhormat ketika iamaumenghormati orang lain.
Sementara itu, sifat sombong dapat membuat orang menjauh dan membenci. Rendah hati merupakan sifat nabi,rasul,sahabat nabi, dan orang-orang yang saleh. Salah satu bentuk ketawa«uan Rasulullah saw. adalah beliau tidak suka dipuji dan disanjung secara berlebihan. Dari Umar bin Kha ̄ ̄ab r.a., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah bersabda, yang artinya: “Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung ‘Isa bin Maryam a.s. secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Allah dan rasul-Nya.” (H.R. Abu Daud)
3. Perilaku Tawadu dalam Kehidupan Sehari-hari
Orang yang bertawa«u akan tampak dari sikap dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Ciri sikap tawadu terbagi dua.
a. Tawadu yang Terpuji
Tawau yang terpuji adalah ketawa«uan seseorang kepada Allah dan tidak mengangkat diri di hadapan hamba-hamba Allah swt. Contoh perilaku tawadu ini, antara lain:
(1) tidak berlebihan, baik dalam perhiasan, makanan, dan minuman;
(2) sopan santun dalam bertindak dan bersikap;
(3) merendahkan nada suaranya;
(4) gemar menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
b. Tawadu yang Dibenci
Tawadu yang dibenci adalah tawa«unya seseorang kepada Allahkarena menginginkan dunia ada di sisinya. Contoh perilaku tawadu ini, antara lain:
(1) bersikap sopan santun karena memiliki maksud yang tidak baik;
(2) tidak berlebihan memakai harta karena takut dicuri atau dimintai zakat;
(3) menolong orang yang membutuhkan pertolongan dengan maksud ada imbalan dari yang ditolongnya.
B. PERILAKU TAAT
Perhatikan hadis Nabi Muhammad saw. yang artinya: Dari Ibnu Umar r.a.
Nabi Muhammad saw. bersabda: “Wajib bagi seorang Muslim mendengarkan dan taatsesuai dengan yang disukai dan apabila diperintah untuk menjalankan maksiat jangan dengarkan dan jangan taati “. (H.R. Muslim).
1. Pengertian Taat dan Dalil Naqli-Nya (Al-Qur’an)
Taat dapat diartikan patuh. Dengan kata lain, upaya untuk selalu mengikuti petunjuk Allah dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketaatan seseorang kepada Allah sangat bergantung kepada keimanannya. Semakin kuat imannya maka semakin taat kepada Allah.
Kalau taat kepada Allah swt., kita juga harus taat kepada Rasulullah.
Firman Allah swt.:

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “. (Surah An-Nis±’ [4]:59)
Dalam Al-Qur’an, surah An-Nisa’ [4]:59, orang beriman harus taat kepada Allah, rasul, ataupun ulil amri. Ulil amri di sini, yaitu pemimpinyang taat kepada Allah dan rasul-Nya.
Ada 3 makna taat kepada Allah swt., yaitu taat bermakna patuh, penurut dan tunduk.
a. Taat Bermakna Patuh
Taat bermakna patuh adalah mematuhi perintah Allah swt. dan menjauhi larangannya. Perintah Allah, contohnya salat, puasa, dan menunaikan zakat.
Sementara itu,yangdilarangAllah,sepertiminumminumanyangmemabukkan, meninggalkan salat fardu, berjudi, dan mengambil hak orang lain.
b. Taat Bermakna Penurut
Taat bermakna penurut adalah menuruti semua aturan yang bersumber dari ajaran Islam. Contohnya, yang tercantum dalam surah Al-Ma-idah ayat 6, yang menerangkan jika kita hendak melaksanakan salat harus ada aturan, yaitu harus berwudu atau bertayamum.
c. Taat Bermakna Tunduk
Taat bermakna tunduk adalah tunduk terhadap qada dan qadar yang datangnya dari Allah swt., seperti kita tunduk bahwa Allah swt. menetapkan manusia hanya boleh beribadat kepada Allah.
2. Contoh Taat dan Meneladaninya
Contoh taat kepada Allah swt., yaitu:
a) melaksanakan salat fardu lima waktu dengan ikhlas dalam hati;
b) menunaikan zakat atau sebagian hartanya di jalan Allah;
c) berpuasa di bulan Ramadan;
d) melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu melaksanakannya;
e) berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua;
f) menjaga sopan santun ketika berbicara;
g) jujur memegang amanah yang diberikan;
h) sabar ketika tertimpa musibah, dan bersyukur ketika mendapat rezeki;
i) selalu berkalimah thayyibah, tidak berkata-kata kotor;
j) selalu berbuat dan beramal saleh;
k) saling menasihati dengan haq dan kesabaran.
Meneladani Sikap Taat Ahmad siswa yang taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan kedua orang tuanya. Dia rajin salat fardu dan salatsunah. Dia selalu melaksanakan perintah-perintah Allah swt.dan menjauhi segala larangan-Iarangan-Nya. Dia selalu patuhdansuka membantu orang tua,Dia tidak pernah membangkang perintah orang tua. Semua yang diperbuatnya sebagai cerminan ketaatan kepada Allah swt.
3. Perilaku Taat dalam Kehidupan Sehari-hari
Ketaatan terhadap Allah, rasul, dan ulil amri merupakan hal yang baik untuk amal ibadah kita. Ketaatan kepada Allah tidak hanya asal taat. Dalam pelaksanaannya, ketaatan kepada Allah harus sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tanpa alasan apapun.
Sebagai utusan Allah swt., Nabi Muhammad saw. mempunyai tugas menyampaikan amanat kepada umat manusia tanpa memandang status, jabatan, suku, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi setiap Muslim yang taat kepada Allah swt., harus melengkapinya dengan menaati segala perintah Rasulullah saw. sebagai utusan-Nya.
Firman Allah swt.:

Artinya:
“ Dan taatlah kepadaAllah dan taatlah kepada rasul, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban rasul kami hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang “.(Surah At-Tag±bun [64]:12)
Jenis ketaatan seperti yang disebutkan di atas akan lebih sempurna kalau diiringi dengan ketaatan dan kepatuhan kepada ulil amri atau pemimpin.
Ketaatan tersebut artinya harus selalu taat dan patuh terhadap peraturan yang telah ditentukan bersama. Hal ini dilakukan selama peraturan itu masih di atas nilai-nilai kemanusiaan dan tidak menyimpang dari aturan agama Islam.
Ketaatan itu tidak hanya pada pemimpin secara luas, dalam arti sempit pun harus menjadi keseharian kita. Contohnya, seorang anak harus taat dan patuh pada kedua orang tuanya, murid kepada gurunya, atau istri kepada suaminya.
HadisNabi Muhammad saw.:
C. PERILAKU QANA’AH
Artinya :
“Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi Muhammad saw.: Beliau bersabda,
“Seorang Muslim wajib patuh dan setia terhadap pemimpinnya, dalam hal yang disukai maupun tidak disukai, kecuali dia diperintah untuk melakukan maksiat, dia tidak boleh patuh dan taat kepadanya”. (H.R.
Muslim ).

Semasa hidupnya, Rasulullah selalu memberi contoh secara langsung dalam menerapkan akhlaqul karimah (akhlak mulia). Di antara akhlak mulia tersebut, terdapat sikap qana’ah dan tasamuh.
1. Pengertian Qana’ah dan Dalil Naqli-nya (Al-Qur’an)
Qana’ah menurut bahasa adalah cukup. Menurut istilah, qana’ah berarti merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan.
Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan atau tidak mau berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Akan tetapi, qana’ah itu sifat sederhana dalam keadaan sempit dan dalam keadaan lapang. Kekayaan dan kemiskinan bukan diukur dari banyak sedikitnya harta, tetapi terletak pada kelapangan hati untuk selalu sabar dan mensyukuri segala karunia yang diberikan Allah swt.
Hadis Nabi Muhammad saw. :

Artinya:
Abdullah bin Amru bin Ash  r.a. berkata: Bersabda Rasulullah saw.,
“Sesungguhnya beruntung orang yang masuk Islam dan rezekinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang telah Allah berikan kepadanya.”
(H.R. Muslim)
2. Contoh Qana’ah dan Cara Meneladaninya
Nabi Muhammad saw. telah memberikan nasihat kepada Hakim bin Hizam sebagaimana terungkap dalam riwayat berikut ini: Dari Hakim bin Hizam r.a.
Rasulullah berkata: “Saya pernah meminta kepada Rasulullah saw. dan beliau pun memberi kepadaku. Lalu, saya meminta lagi kepadanya, dan beliau pun tetap memberi. Kemudian beliau bersabda: Hai Hakim! Harta ini memang indah dan manis, maka siapa yang mengambilnya dengan hati yang lapang, pasti diberi berkat baginya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan hati yang rakus pasti tidak berkat baginya. Bagaikan orang makan yang tak kunjung kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Berkata Hakim ; Ya Rasulullah! Demi Allah yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak akan menerima apapun sepeningal engkau sampai saya meninggal dunia. Kemudian Abu Bakar r.a. (sebagai Khalifah) memanggil Hakim untuk
memberinya belanja (dari Baitul Mal), tetapi ia menolaknya dan tidak mau menerima sedikit pun pemberian itu. Kemudian, Abu Bakar berkata: Wahai kaum Muslimin! Saya persaksikan kepada kalian tentang Hakim bahwa saya telah memberikan haknya yang diberikan Allah padanya”. (H.R.Bukhari dan Muslim)
-Meneladani Sikap Qana’ah
Wahyu anak seorang karyawan swasta yang bergaji pas-pasan setiap bulannya.
Walaupun demikian, Wahyu tetap bersyukur kepada Allah karena dia dan keluarganya sudah diberi rezeki. Ia tak pernah rendah diri, apalagi meminta-minta kepada orang lain. Dia merasa yakin bahwa Allah telah menentukan hasil usaha orang tuanya. Kemampuan manusia itu terbatas pada ikhtiar, sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah swt. Itulah salah satu sikap Wahyu yang qana’ah.
3. Perilaku Qana’ah dalam Kehidupan Sehari-hari
Orang yang qana’ah akan bersikap menerima dengan rasa syukur kepada Allah swt. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tenteram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak. Karena pada hakikatnya, kekayaan dan kemiskinan terletak pada hati, bukan pada harta yang dimilikinya. Bila kita perhatikan, banyak orang yang lahirnya tampak berkecukupan, bahkan mewah, namun hatinya penuh diliputi keserakahan
dan kesengsaraan. Sebaliknya, banyak orang yang sepintas lalu seperti kekurangan, namun hidupnya tenang, penuh kegembiraan, bahkan masih sanggup mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan sosial.
D. PERILAKU SABAR
Nabi Muhammad saw. bersabda dalam salah satu hadisnya : Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi saw.: “Bukanlah kekayaan itu banyak harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati”. (H.R.Bukhari dan Muslim)
Qana’ah memiliki unsur pokok, antara lain:
a) membangun pribadi Muslim yang menerima dengan rela apa adanya;
b) memohon tambahan yang pantas kepada Allah serta usaha dan ikhtiar;
c) menerima ketentuan Allah dengan sabar;
d) bertawakal kepada Allah;
e) tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

1. Pengertian Sabar dan Dalil Naqli-nya (Al-Qur’an)
Sabar secara bahasa artinya ikatan. Menurut ajaran Islam, sabar adalah sikap teguh dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan dengan tidak melupakan ikhtiar atau usaha. Sabar tidak sama dengan pasrah. Pasrah adalah sifat penyerah terhadap keadaan tanpa melakukan usaha atau disebut juga berangan-angan tanpa usaha. Firman Allah swt.:

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Surah Al-Baqarah [2]:153)
Hakikat sabar berarti ketika kita mampu mengendalikan diri dari dosa, menaati segala perintah Allah, ketika mampu memegang teguh akidah Islam, dan ketika mampu tabah serta tidak mengeluh atas musibah dan keburukan apa pun yang menimpa kita.
Sabar dibagi menjadi tiga macam berikut ini.
a) Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, contohnya salat, puasa, zakat, haji, menuntut ilmu, tawa«u, dan qana’ah.
b) Bersabar untuk tidakmelakukan hal-hal yang diharamkanAllah, contohnya meninggalkan minuman keras, tidak berjudi, dan menjauhi marah.
c) Bersabar ketika menghadapi musibah atau cobaan yang menimpanya, contohnya kehilangan harta, dikurangi rezekinya, terkena banjir, dan bencana alam.
2. Contoh Sabar dan Cara Meneladaninya
Kita menemukan contoh terbaik sabar pada nabi yang menghadapiberbagai kesulitan hidup, sementara mereka tetap tabah dan beriman kepada Allah swt. Hal ini sepertikesabaran Nabi Ayyub a.s., Nabi Ibrahim a.s., dan kesabaran Nabi Muhammad saw.
Kesabaran adalah kunci keberhasilan Nabi Muhammad saw. dalam menegakkan risalah Allah swt.Risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tidak langsung diterima olehmasyarakat sehingga dalam mendakwahkan ajaran Islam sangat hati-hati dan penuh kesabaran. Dakwah yangdiutamakan adalah kepada para sahabat dan keluarga terdekatnya terlebih dahulu.
Kafir Quraisy menentang Islam dan merintanginya secara mati-matian
disebabkan :
a) ajaran-ajarannya bertentangan dengan kepercayaan nenek moyang mereka;
b) jika menerima agama Islam, kedudukan mereka akan jatuh merosot;
c) keuntungan dari perdagangan patung akan luput dari tangan mereka.
Kesabaran Nabi dalam berdakwah tersebut memberi hikmah di kemudian hari. Hal ini terbukti dengan keberhasilan Nabi dalammengubah kehidupan bangsa Arab, dari kehidupan jahiliyah ke kehidupan yang penuh nilai-nilai Islami.
Jadi, dapat dijelaskan buah dari kesabaran Nabi Muhammad saw. adalah:
a) Orang Arab yang awalnya menyembah berhala, diganti dengan keimanan
dan tauhid kepada Allah.
b) Orang Arab yang semula bertabiat dan berwatak buruk, diganti dengan
budi pekerti serta akhlak yang mulia.
c) Peraturan-peraturan yang semula merugikan masyarakat yang lemah berupa hukum rimba, diganti dengan hukum Allah swt..
d) Manusia yang semula berpecah-belah, diganti dengan bersatunya umat manusia tanpa membedakan warna kulit, warga negara, bahasa maupun derajat dan keturunan.
Firman Allah swt. ;

Artinya :
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi” (Surah Al-Mu’minμn [40]:55)
3. Perilaku Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari
Seseorang tidak mungkin mempunyai kesabaran kecuali jika ia dibantu oleh cahaya iman. Kesabaran memiliki lima ciri sebagai berikut:
a) ketika diagung-agungkan, ia kemudian dihina;
b) ketika berlaku jujur, ia dituduh sebagai pembohong;
c) ketika menyeru orang-orang menuju kebenaran, ia dicerca;
d) ketika dilukai, ia tidak melakukan kejahatan apa pun;
e) ketika ia menuntut haknya, mereka menentangnya.
Ali bin Abu °alib berkata, “Hubungan sabar dengan iman adalah seperti
hubungan kepala dengan badan. Jika kepala terpotong, badan akan binasa.
Dengan demikian, tidak ada iman tanpa sabar.”
Untuk dapat bersabar, agama Islam mengajarkan perilaku dalamvkehidupan, antara lain :
a) Tahan ketika menghadapi hantaman pertama.
NabiMuhammadsaw.bersabda:yangartinya:“Sabaryangsesungguhnya
ialah ketika menghadapi hantaman pertama”. (H.R.Bukhari)
b) Ketikaditimpamusibah,segeramengingat Allahdanmohonampunan-
Nya. Sebagaimana firman Allah swt. : yang artinya: “(Orang-orang yang sabar ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata; sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya”. (Surah Al-Baqarah [2]:156)
c) Tidak menampakkan musibahnya kepada orang lain, seperti yang
dicontohkan oleh istri Abu Talkhah (Ummu Sulaim) ketika ditinggal
mati anaknya. (H.R. Muslim)
d) Sabar menghadapi semua cobaan dengan ikhlas kepada Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsy: “Hambaku yang mukmin, yang bersabar dengan pasrah kepada-Ku ketika kekasihnyaAku panggil kembali(mati), kepadanya tak ada balasan yang layak dari-Ku selain surga.“
Perhatikan hadis Nabi Muhammad saw. tentang keutamaan sabaryang artinya : “Kalaulah kesabaran itu berwujud seseorang lelaki, niscaya ia akan menjadi orang mulia dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. (H.R. At- Tabrani). dalam hadis lain disebutkan : Sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang besar (H.R. At-Turmuzi)

No comments:

Post a Comment